Ketika mencintai, Tak Bisa menikahi


Sahabat…pernahkah merasa ketika mencintai namun tidak bisa memiliki?
Pernahkah sahabat merasakan mencintai namun tak bisa menikahinya?
Mencintai dan dicintai memanglah fitrah manusia, angerah terindah yang diberikan Allah kepada semua makhluk di muka bumi ini, namun apakah selamanya mencintai itu harus memiliki? Menurut apa yang pernah saya baca…bahwasanya ketika kita mencintai itu adalah sesuatu yang lumrah, seorang ikhwan mencintai akhwat, memang tidak ada yang salah disini…namun demikian bukan berarti itu menjadi suatu alasan untuk mengekspresikan cintanya dengan cara yang salah, dengan menempatkan cinta pada tempat yang salah, menempatkan cinta pada keranjang sampah yang kotor, bau dan jorok…
Bukan seperti itu cinta diperlakukan…cinta ibarat suatu kertas yang putih bersih serta halus, ya setidaknya itu menurut saya…hehe…karena cinta itu haruslah diisi dengan warna yang indah supaya menjadi lukisan kaligrafi yang indah dan penuh makna serta akan ditempatkan orang di tempat yang mulia…
Bukan diisi dengan warna yang sama namun menghasilkan gambar yang tak indah, mengandung sesuatu yang diharamkan dan orang-orang kan merobek, menginjak-injaknya…karena gambar yang sungguh tak layak untuk dilihat karena akan mengundang laknat Allah. Mungkin dengan kertas yang sama, cat warna yang sama, pelukis sama, namun gambar berbeda maka akibatnya juga akan berbeda…
Begitu pula cinta itu bagai kertas yang tipis lagi rapuh jika tidak hati-hati menjaganya maka sedikit kesalahan akan robek dan berakhir di tempat sampah…begitu juga dengan cinta apabila kita tidak mampu menjaganya dengan baik maka dia akan robek dan rusak dan akhirnya menyebabkan usernya jatuh kelubang kehinaan dan berakhir di kerak nerakaNya…naudzubillah
Kembali lagi kepada topik awal, bahwasanya cinta tapi tak bisa menikahi…ya terilhami dari judul buku sih dengan judul yang sama…karya Akh Fadlan Al-Ikhwani, kadang kita suka memaksakan kehendak ketika kita mencintai seorang akhwat atau akhwat mencintai seorang ikhwan, maka orang yang dicintai itu harus bin mesti kudu nikah dengan kita…wah kalo sudah begini ya gawat urusannya…
Karena sesungguh, kita memang diwajibkan untuk ikhtiar namun keputusan akhirnya tetaplah milik Sang Pengambil Keputusan. Sesungguhnya segala sesuatunya sudah ada di lauhul mahfudzNya…tinggal tunggu kepastiannya, namun bukan berarti kita hanya diam ndoloho aja tanpa ada usaha sedikit pun. Jadi, janganlah bersedih kata Dr. Aidh Al Qarni dalam La Tahzannya, ya buat apa kita bersedih kala orang yang kita cintai ternyata tidak bisa menikah dengan kita…sudah saya jelaskan di atas bahwa mencintai itu tidak salah yang salah itu ketika menempatkan dan mengekspresikannya dengan cara yang salah,,,seperti dengan cara pacaran,,nah pacaran itu kan keranjang sampah yang bau, jorok dan penuh kuman berbahaya.
Yang harus kita lakukan kala ikhwan (untuk akhwat) atau akhwat (untuk ikhwan-red) yang kita cintai ternyata sudah menemukan jodohnya, ya sudah tidak usah diingat lagi buang jauh-jauh, apalagi sampai meratapinya sambil menangis tujuh hari tujuh malam….wah…udah kaya selametan nih…hehe…harusnya kita do’akan semoga bisa menjadi keluarga yang sakinah ma waddah warohmah….tinggal kita berdo’a lagi minta penggantinya…insya Allah, karena Allah selalu memberi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan…sungguh boleh jadi kita menganggap sesuatu itu baik padahal tidak baik menurut Allah, dan kadang kita memandang sesuatu itu jelek padahal boleh jadi itulah yang terbaik untuk kita menurut Allah. Sungguh Allah itu maha tahu atas segala dan manusia tidak tahu.
Semoga kita semua diberi keluasan hati, keikhlasan untuk senantiasa menerima setiap pemberianNya. Semoga kita semua diberikan keteguhan hati, keistiqomahan agar dalam melaksanakan ibadah tidak berdasar atas pandangan manusia namun semata hanya untuk menggapai ridhoNya, marilah kita saling mendo’akan kepada siapapun yang sekarang sedang ikhtiar menjemput jodohnya semoga Allah memudahkan setiap langkahnya dan diberikan yang terbaik menurut Allah..Amin
Bahan Bacaan:
- Ayat-ayat cinta dari Allah, Al-Qur’an
- don’t cry, ketika mencintai, tak bisa menikahi. Karya Fadlan Al-Ikhwani
- La Tahzan, Dr. Aidh Al Qarni

Benarkah Islam Akan Terbagi Menjadi 73 Aliran ?

Tanya : “Apakah Islam itu terbagi atas berbagai macam aliran? Katanya nanti di akhir zaman Islam akan terbagi atas 73 aliran agama, apa benar? Kalau misalnya ada berbagai macam agama, aliran agama apa yang akan atau yang diridhoi oleh Allah ? – (Hanny Nurseha)

Jawaban :
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah, Waba’du.

Rasulullah saw memang pernah bersabda bahwa umatnya akan terpecah jadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu yaitu ahlu shunnah wal jama’ah. Hadits itu memang benar adanya dan shahih. Namun Rasulullah SAW tidak pernah menyebutkan identitas dan nama-nama ke-72 golongan yang beliau sebutkan itu. Beliau hanya menyebutkan kriteria atau sifat-sifat satu golongan yang selamat yaitu mereka yang berpegang teguh pada sunnahnya (manhajnya)dan sunnah (manhaj) para pengikutnya. Sehingga memang masih tersisa pertanyaan buat kita, siapakah atau kelompok manakah yang dimaksud oleh Rasulullah SAW itu ?

Namun sebagai pengantar latar belakang sejarah, usia umat Islam ini sudah mencapai 1400an tahun dan hingga hari ini Islam dipeluk oleh tidak kurang 1,5 milyar manusia. Bila kita telusuri sejarah, maka jumlah kelompok, organisasi, jamaah, paham, mazhab, aliran dan apapun jenisnya sungguh sangat banyak, tidak terbatas pada angka 73 saja. Lagi pula tidak ada penjelasan lebih lanjut apakah yang di maksud oleh beliau sebagai ‘firqah’ yang jumlahnya 73 itu bentuknya jamaah, organisasi, paham, aliran, kelompok, tanzim, atau mazhab?. Sedangkan satu firqah yg oleh beliau dikatakan sebagai satu-satunya yang selamat yaitu ahlus-sunnah wal jamaah’ dalam konteks pemahaman yang disepakati adalah sebuah pemahaman aqidah/tauhid. Bukan mazhab fiqih, bukan nama organisasi, bukan nama kelompok, bukan nama jamaah atau lainnya. Namun bila kita telusuri paham aqidah di luar ahlus-sunnah wal jamaah, kita mendapati bahwa paham-paham itu jumlahnya jauh melebihi angka 72 buah, apalagi bila dihitung sejak zaman nabi hingga hari ini di mana umat Islam telah tersebar luas dari Maroko sampai Merauke, maka jumlahnya mencapai jutaan bahkan puluhan juta paham/aliran.

Karena itu dari pada mengurusi atau mencari-cari siapakah yang dimaksud 72 firqah yang sesat itu, lebih baik kita berkonsentrasi agar kita bisa dimasukkan dalam kriteria satu firqah yang selamat yaitu Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Caranya dengan mempelajari sunnah beliau SAW dari segala sisi dan aspek kehidupan seperti aqidah, syariah, akhlaq, sosial, politik, hukum, ekonomi dan lain-lainnya. Juga tidak lupa kita mengikuti pula apa yang telah disunnahkan oleh para khalifah beliau dan para ulama yang mewarisi kenabian. Dan selama Rasulullah SAW tidak memerintahkan kita untuk menelusuri ke-72 firqah itu, buat apa capek-capek dan bersibuk-sibuk mencari ‘kambing hitam’. Toh bila kita ‘menunjuk hidung’ kelompok tertentu, belum tentu mereka mau menerimannya. Kalaupun ketika kita mempelajari suatu aliran atau jamaah lalu kita mendapati ada hal-hal yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi, bukan berarti kita boleh terburu-buru memasukkannya ke dalam kelompok 72 firqah yang sesat. Yang lebih baik justru kita melakukan ta’lim, pelurusan, penyesuaian dengan cara yang terbaik, terbuka, rendah hati dan dengan niat yang bersih hanya mencari ridha Allah.
Wallahu a’lam bishshawab. Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

“Seorang muslim adalah saudara muslim (yang lain), ia tidak akan mendzolimi dan tidak akan menyerahkan (kepada orang yang mendzolimi dan menghinakannya). Barangsiapa menunaikan kebutuhan saudaranya, niscaya Allah akan menunaikan kebutuhannya. Dan barangsiapa menyelamatkan seorang muslim dari bencana, niscaya Allah akan menyelamatkan dari bencana pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutup aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutup aibnya pada hari kiamat”.
(HR.Al Bhukori dan Muslim)