perlunya form DDST untuk menilai perkembangan anak

PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN DENGAN MEMAKAI FORM DDST
(DENVER DEVELOPMENTAL SCREENING TEST)

Uji skrining perkembangan yang digunakan paling luas untuk anak kecil merupakan rangkaian pengujian yang dikembangkan oleh Dr. William Framcamburg dan Koleganya di Denver, Colorado. Pada saat ini terdapat beberapa perkembangan dalam penggunaan test DDST misalnya revisi atau perubahan dalam penggunaan test yang dikenal dengan nama DDST II. Pada awalnya test ini dikenal dengan DDST kemudian terjadi revisi dengan nama DDSTR dan saat ini menggunakan istilah DDST II yang sudah mengalami penyempurnaan dalam pengukuran.
Sebelum melakukan pengujian DDST II, pemeriksa harus dilatih oleh dan menerima sertifikat dari instruktur ahli yang telah dilatih oleh anggota fakultas Denver .
DDST II berbeda dengan DDST pada butir pertanyaannya, format uji interpretasi dan rujukan.

2.1 Skoring DDST II
Interpretasi skor DDST II
Lanjut—Butir secara keseluruhan dilewati pada sebelah kanan dari garis usia ( dilewati oleh kurang dari 25% anak pada usia yang lebih tua daripada usia anak ).
OK—Butir yang dilewati, gagal, atau menolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil ke-75
Peringatan—Butir yang gagal atau ditolak bersilangan dengan garis usia pada atau diantara persentil ke-75 dan ke 90.
Terlambat—Butir secara keseluruhan gagal, dilewati pada sebelah kiri garis usia juga dapat dianggap, terlambat, karena alasan menolak mungkin akibat ketidakmampuan melakukan tugas.
Interpretasi Uji
Normal—tidak ada keterlambatan dan maksimal hanya ada satu peringatan
Dicurigai—Satu atau lebih keterlambatan dan/atau dua atau lebih peringatan
Tidak dapat diuji—Menolak satu atau lebih butir seluruhnya pada sebelah kiri garis usia atau lebih dari satu butir yang bersilangan dengan garis usia pada area 75% sampai 90%.
Rekomendasi Perujukan pada Uji yang Mencurigakan atau yang Tidak Dapat Diuji
Lakukan uji ulang 1 sampai 2 minggu untuk menyingkirkan factor-faktor sementara.
Jika hasil skrining ulang tetap mencurigakan atau tidak dapat diuji, gunakan penilaian klinis berdasarkan hal-hal berikut ini jumlah peringatan dan keterlambatan; butir mana yang menjadi peringatan dan keterlambatan; tingkat perkembangan masa lalu, pemerikasaan klinis dan riwayat, ketersedian sumber-sumber rujukan.
Total pertanyaan sebelumnya yang berjumlah 105 pertanyaan telah ditingkatkan menjadi 125 pertanyaan,termasuk peningkatan dari 2 1 DDST menjadi 39 butir bahasa DDST II. Butir-butir sebelumnya yang sulit untuk diberikan atau diinterpretasikan telah dimodifikasi atau dihilangkan. Banyak butir yang sebelumnya diperiksa berdasarkan laporan orang tua, sekarang memerlukan observasi oleh pemeriksa.
Setiap butir dievalusi untuk mnentukan jika terdapat perbedaan yang signifikan pada basis jenis kelamin, kelompok etnik, pendidikan ibu dan tempat tinggal. Butir-butir yang secara klinis dibahas dalam manual teknis. Butir-butir pada formulir uji diatue dalam format yang sama dengan DDST-R. standar batang distribusi dipengaruhi dengan standardisasi data baru tetapi tetap dibagi menurut persentil 5, 50, 75, dan 90. Format uji ini berisi mekanisme pembuatan kisaran karakteristik perilaku anak (kepatuhan, minat pada seklilingnya, rasa takut, dan rentang perhatian).
Dengan memberikan skor pada setiap item sebagai lulus, gagal, menolak, atau tidak ada kesempatan, dan menghubungkjan skor-skor tersebut dengan usia anak, setiap butir tes dapat diinterpretasikan seperti yang dijelaskan dalam kotak terlampir.
Untuk menentukan area relative kemajuan dan area keterlambatan, butir-butir yang mencukupi harus disiapkan untuk menentukan tingkat dasar maupun puncak dari setiap sektor. Penelitian tentang validitas dan keakuratan DDST 2 sedang dimulai dalam tahap awal.Status studi menunjukkan bahawa sebagian besar anak dengan masalah perkembangan yang sangat kecil telah diidentifikasi. Walaupun demikian, hamper separuh anak masalah perkembangan mendapat skor dicurigai, yang mengakibatkan tingginya angka rujukan berlebihan (Blacoe dkk, 1992). Untuk meminimalkan rujuan yang berlebihan, suatu keputusan perujukkan tidak hanya bergantung pada hasil DDST 2, tetapi juga pada penlaian plinis praktisi setelah mempertimbangkan riwayat perkembangan anak; status kesehatan secara umum; lingkungan social, budaya, dan emosional; dan ketersediaan sumber-sumber local untuk diagnosis tindakan ( Frankenbrug,1994a).
Persiapkan anak usia toddler dan usia porasekilah untuk prosedur tersebut dengan melakukan nya dalam bentuk permainan. Melakukan setiap butir secara cepat dan tunjukkan hanya satu mainan dari kotak pemeriksaan pada suatu waktu. Setelah tujuan dari mainan itu dapat disimpulkan ganti mainan ini dengan mainan lain. Faktor-faktor sementara lain yang dapat mengganggu penampilan anak mencakup pelatihan, penyakit, ketakutan, kostitalisasi, perpisahan dari orang tua, atau keberatan secra umum untuk melakukan aktivitas tersebut. Selain itu retardasi mental, kehilangan pendengaran, kehilangan penglihatan, kerusakan neurologis, atau adanya pola keterlambatan perkembangan dalam keluarga sangat mempengaruhi penampilan anak. Setelah menyelesaikan denver 2 tanyakan pada orangtua jika penampilan anak sama dengan perilakunya pada waktu yang lain. Jika jawaban orangtua meyakinkan dan anak bekerja sama secara memuaskan, jelaskan hasilnya, tekankan semua butir yang berehasil terlebih dahulu, kemudian butir yang gagal tetapi nak tidak diharapkan untuk melewatinya, dan akhirnya butir-butir yang terlambat. Jika orangtua menjawab bahwa penampilan anak tidak sesuai dengan perilakunya yang biasa, maka tunada skor yang ada atau pembahasan hasilnya, terutama jika ada penolakan terhadap skor yang dicurigai.
o dalam menjelasakan skor normal, fokuskan pada seberapa baik penampilan anak dan berikan penguatan pada upaya orangtua yang sangat memuasakan dalam merangsang anak mereka.
o Dalam menjelaskan keterlambatan perhatikan respon orangtua secara hati-hati, waspadai kecemasan personal, jangan memberikan jaminan, berikan respon yang jujur pada pertanyaan orangtua, tetapi dengan fleksibilitas dan perhatia yang tepat yang menekankan tes perkembangan lebih lanjutnya.

2.2 KUESIONER PERKEMBANGAN PRASKRINING DDST 2 ( PDQ-II)
PDQ-II adalah revisi lebih lanjut dadri PDQ dan R-PDQ dimana versi ini menggunakan stndar-standar ( Percentil ke 90 dan ke 75) dari DDST 2. PDQ-II adalah jawaban praskrining orangtua yang terdiri atas 91 pertanyaan dari DDST 2, walupun hanya satu bagian pertanyaan yang ditanyakan untuk setiap kelompok usia.
Empat formulir berbeda diseleksi berdasarkan usia: Jingga (0-9 Bulan), Ungu (9-24 Bulan), Krem ( 2- 4 Tahun ), dan putih ( 4-6 tahun ). Anak yang tidak memiliki keterlambatan atau peringatan dianggap telah berkembang secara normal. Jika anak memilki satu keterlambatan atau dua peringatan, pemberi perawatan diberikan aktivitas perkemabangan yang sesuai dengan usia untuk dilakukan denga anak, dan skrining ulang dengan PDQ-II dilakukan 1 bulan kemudian. Jika dalam skrining ulang anak memiliki satu atau lebih keterlambtan, danver 2 harus diberikan secepat mungkin.

2.3 SKRINING PERKEMBANGAN DAN INTERPRETASI
Uji skrining hanya kan berhasil jika diberikan oleh individu yang berpengalaman yang memberikannya. Uji skrining merupakan alat yang digunakan oleh tenaga terlatih bantuan,ada resiko dalm skrining jika tenaganya tidak terlatih atau tidak ada pengawasan yang tepat.
Skrining perkembangan perlu mengkaji gambaran keseluruhan perkembangan, seperti halnya pertumbuhan dan kesehatan. Tes DDST 2 sebaiknya digunakan sebagai bagian dari survailens perkembangan , suatu pendekatan perawatan kesehatan primer yang konverhensof dan teru-menerus yang melibatkan orangtua sebagai mitra para professional ( Frankenburg, 1994b).
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 faktor diantaranya penilaian terhadap personal social motorik halus, bahasa, dan motorik kasar dengan persyaratan tes sebagai berikut.
1. Lembar formulir DDST II.
2. Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah, manic-manik, kubus berwarna merah, kuning, hijau dan biri, permainan bola kecil, serta bola tenis kertas dan pencil.
Adapun cara pengukuran DDST adalah sebagai berikut :
1. Tentukan usia anak pada saat pemeriksaan.
2. Tarik garis pada lembar DDST-II dengan usia yang telah ditentukan
3. Lakukan pengukuran pada anak tiap komponen dengan batasan garis yang ada mulai dari motorik kasar, bahasa, motorik halus, dan personal social
4. Tentukan hasil penilaian apakah normal, meragukan, atau abnormal, sesuai dengan form DDST-II.

Keterangan:
• Dikatakan meragukan apabila terdapat II keterlambatan atau lebih pada dua sector atau dua keterlambatan atau lebih pada satu sector ditambah satu keterlambatan pada satu sector atau lebih.
• Dikatakan meragukan apabila terdapat dua keterlambatan atau lebih pada satu sector atau terdapat satu keterlambatan pada satu sector, atau lebih.
• Dapat juga dengan menentukan ada tidaknya keterlambatan pada masing-masing sector bila menilai setiap sector atau tidak menyimpulkanan gangguan perkembangan keseluruhan (Soedjiningsih, 1998).

NCHS sangat Berguan untuk menilai pertumbuhan anak

PENGKAJIAN PERTUMBUHAN DENGAN FORM WHO NCHS CDC2000

Grafik pertumbuhan yang paling umum digunakan di Amerika Serikat adalah Grafik dari National Center for Health Statistik untuk anak laki-laki dan perempuan.
Parameter pertumbuhan fisik meliputi berat badan, tinggi badan, ketebalan lipatan kulit dan lingkar lengan , dan lingkar kepala. Nilai untuk parameter pertumbuhan ini telah digambarkan dalam grafik persentil dan pengukuran anak dalam persentil dibandingkan dengan populasi secara umum.

Pengukuran Berat Badan
• Pengukuran berat badan berdasarkan usia menggunakan persentil sebagai berikut : persentil 50-30 dikatakan normal, sedangakn persentil kurang atau sama dengan tiga termasuk malnutrisi.
• Penilaian berat badan berdasarkan tinggi menggunakan persentase dari median sebagai berikut 80-100% dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut (wasting)
• Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu menggunakan persentil sebagai berikut : persentil 75-25 dikatakan normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan kurang dari persentil 5 dikatakan malnutrisi berat.
• Selain penggunaan standar baku NCHS juga dapat digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Sebagaimana penelitian Anwar (2003) dengan adanya KMS perkembangan anak dapat dipantau secara praktis, sederhana, dan mudah.

Pengukuran Tinggi Badan
Pengukuran ini digunakan untuk menilai status perbaikan gizi, dapat dilakukan dengan sangat mudah dalam menilai gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. Penilaian TB berdasarkan usia menurut WHO dengan standar baku NCHS yaitu dengan menggunakan persentase dari median sebagai berikut :Lebih dari atau sama dengan 90% dikatakan normal sedangkan kurang dari 90% dikatakan malnurtisi Kronis atau abnormal.





Ketebalan Lipatan Kulit dan Lingkar Lengan
Dianjurkan sebagai pengukuran rutin ketebalan lipatan kulit diukur dengan caliper khusus seperti caliper lange. Tempat yang paling sering digunakan untuk mengukur ketebalan lipatan kulit adalah trisep, subscapula, supra iliaka, abdomen dan paha atas. Prosedur pengukuran yang tepat harus dilakukan rata-rata dua kali pengukuran pada satu tempat yang sama dan harus dicatat (lihat kotak pedoman). Lingkar lengan adalah pengukuran tidak langsung terhadap masa otot. Pengukurab lingkar lengan mengikuti prosedur yang sama dengan ketebalan lipatan kulit kecuali pengukuran titik tengah dengan menggunakan sehelai kertas atau meteran longam.
• Letakkan meteran secara vertical sepanjang bagian posterior lengan atas ke prosesus acromial dan proseksus olecranon, setengah dari panjang hasil pengukuran adalah titik tenghahnya.
Persentil untuk lipatan kulit trisep dan lingkar lengan pada anak terdapat dalam apendiks D dan dapat digunakan sebagai rujukan. Tapi itu bukan merupakan standar atau norma kerena nilai antara persentil 5 dan 95 bukan merupakan rentang normal.

Lingkar Kepala
Ukur lingkar kepala pada anak sampai berusia 36 bulan dan pada anak-anak yang memiliki masalah pada ukuran kepalanya. Ukur lingkar kepala pada ukuran terbesarnya, biasanya sedikit diatas alis mata dan daun telinga dan mengelilingi prominen oksipital dibelakang tengkorak. Karena bentuk kepala dapat mempengaruhi lokasi lingkaran yang maksimum, maka perlu dilakukan pengukuran lebih dari satu kali pada titik diatas alis mata. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang paling akutrat.gunakan selembar kertas atau meteran logam karena meteran yang terbuat dari kain dapat meregang dan memberikan pengukuran yang salah. Supaya hasil pengukuran benar-benar akurat, gunakan alat pengukur dengan skala 0.1 cm , karena grafik persentil hanya berskala 0,5 cm.
Tandai ukuran kepala pada grafik pertumbuhan yang tepat dibawah lingkar kepala. Secara umum, lingkar kepala dan lingkar dada sama pada usia 1-2 tahun. Selama masa kanak-kanak, lingkar dada melebihi ukuran kepala sekitar 5-7 cm (2-3 inci).









Baku patokan
Bebertapa baku antropometrik berat badan dan tinggi badan yang dikenal saat ini adalah sebagai berikut7,8,9,10
a. Baku Boston atau Harvard
Baku Harvard disusun berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Stuart (1930-1939) pada sejumlah anak Kaukasia dengan gisi relatif baik di Ameriksa Serikat. Baku Harvard dipergunakan secara luas pada kartu pertumbuhan di Amerika Latin dan Asia.
b. Baku Tanner
Data yang dipergunakan pada baku Tanner diperoleh dari penelitian di berbagai negara di Eropa yaitu Perancis, Belanda, Swedia, Swiss, dan Inggris. Baku Tanner ini dipakai sebagai baku pertumbuhan untuk Inggris oleh International Children.s Centre UK Study. David Morley, tahun 1975 menggunakan baku Tanner untuk menyusun kartu pertumbuhan anak pertama yang dikenal dengan Rood to Health Chart.
c. Hasil penelitian di Indonesia
Jumadias tahun 1964 mengumpulkan data berat dan tinggi badan anak usia 6-18 tahun dengan menggunakan persentil. Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan persentil ke-50 Jumadias berada di bawah 80% persentil ke-50 NCHS. Sedangkan persentil ke-90 Jumadias berada pada persentil ke-50 NCHS.
Husaini YK, dkk, mengumpulkan data berat dan panjang badan bayi usia 0-12 bulan serta berat dan tinggi badan anak usia 12-60 bulan di Klinik gizi Bogor periode 1970-1984 sebagai bahan referensi antropometrik nasional.
d. Baku NCHS
Baku NCHS pertama tahun 1977 disusun berdasarkan data berat badan, tinggi badan pada populasi di Amerika sejak tahun 1860 yang dikumpulkan oleh National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) secara berkala. Baku NCHS ini dipakai oleh WHO.
e. CDC 2000
Kurva CDC, dipublikasikan pada bulan Mei 2000, merupakan perbaikan/revisi dari Kurva yng dibuat olleh National Center for Health Statistics (NCHS) pada tahun 1977 dan terdapat tambahan berupa Kurva Indeks Masa Tubuh terhadap umur. CDC menganjurkan penggunakan kurva IMT/U untuk semua anak berusia 2 samapi 20 tahun menggantikan kurva sebelumnya (1977) berat terhadan umur



DETEKSI PERTUMBUHAN MENGGUNAKAN CDC 2000
Langkah deteksi pertumbuhan menggunakan CDC 20008,10
A. Hitung Umur Anak
Cara menghitung umur anak adalah dengan cara mengurangi tanggal pemeriksaan terhadap tanggal lahir.
Mengihitung umur anak yang lahir prematur
Untuk bayi prematur, dalam mengukur berat, panjang dan lingkaran kepala harus digunakan umur koreksi sampai anak berusia 2 tahun. Cara menghitung umur koreksi adalah dengan cara mengurangi umur kronologis terhadap jumlah minggu prematur.
Contoh:
Bayi Ani lahir pada tanggal 20 Desember 2002, lahir dengan umur gestasi 33 minggu, dengan berat lahir 2000 gram.

Tanggal pemeriksaan 5 Juli 2004 2004 07 05
Tanggal lahir 20 Desember 2002: 2002 12 20
Umur kronologis: 1 06 15
Prematur 7 minggu: 01 21
Umur koreksi: 1 04 24
Umur anak adalah 1 tahun, 4 bulan, 24 hari dan diplot pada 16 ½ bulan

Plot hasil pengukuran ke dalam Kurva Pertumbuhan
CDC menyediakan 2 macam Kurva, yiatu Kurva Individual dan Kurva Klinik. Kurva klinik digunakan oleh petugas kesehatan yang merupakan gabungan beberapa kurva Individual:
Kurva Klinik
Umur 0-36 bln: BB/U; TB/U; BB/TB; LK/U
Umur 2-20 th: BB/U; TB/U; IMT/U

Tabel 1. Kurva Klinik CDC 2000
Jenis kelamin dan umur Kurva
Laki-laki, lahir sampai 36 bulan PB/U dan BB/U ,BB/TB dan LK/U
Perempuan, lahir sampai 36 bulan PB/U dan BB/U, BB/TB dan LK/U
Laki-laki, 2 - 20 tahun TB/U dan BB/U, IMT/U
Perempuan, 2 – 20 tahun TB/U dan BB/U, IMT/U

Menilai hasil pertumbuhan
Dalam menilai pertumbuhan diperlukan beberapa kali pengukuran, hal ini untuk melihat arah pertumbuhan. Pada neonatus sebaiknya dilakukan pada minggu ke-1, ke-2 dan ke-4, selanjutnya dianjurkan melakukan pengukuran antropometri setiap bulan satu kali.
Berikut di bawah ini beberapa kriteria yang digunakan untuk menilai bahwa terdapat masalah dalam pertumbuhan.
1. Hasil pengukuran PB/U; TB/U; BB/TB; IMT/U di bawah persentil 5
2. Arah pertumbuhan menurun melewati dua batas persentil, misalnya dari persentil 75 turun menjadi persentil 25 dalam beberapa bulan pengamatan
3. Kecepatan pertumbuhan di bawah persntil 5
Pada kurva CDC hanya dapat menggunakan kriteria 1 dan 2.
Tabel 2. Indikator Status Gizi
Indeks antropometri Batasan Indkiator status gizi
IMT/U > 95th Overweight
BB/PB; BB/TB > 95th Overweight
IMT/U > 85th dan < 95th Risiko Overweight
IMT/U; BB/PB < 5th Underweight
TB/U; PB/U < 5th Short stature
LK/U < 5th ; >95th Masalah perkembangan

demam berdarah????apaan sih????

DEMAM BERDARAH

I. DEFENISI
1. Demam Dengue ( Dengue Fever)
Demam dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopeni, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap, trombositopeni ringan, dan ptekie spontan.

2. Demam Berdarah Dengue (dengue haemorhagic fever)
DHF/DBD adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama.

3.Demam Renjatan Dengue (Dengue Shock Syndrome( DSS))
DSS adalah penyakit DBD yang disertai renjatan.

II. ETIOLOGI
Virus dengue yang termasuk dalam arbovirus tipe B serotipe 1, 2, 3, 4. Virus dengue dibawa oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus sebagaai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut, virus dengue tergolong dalam famili/suku faviviradea. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietil eter dan natrium dioksalat, dan stabil pada suhu 70 0 C. infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain.

III. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang pertama kali masuk kedlaam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali memberi gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia ditenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pada RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati, dan limfa. Reaksi yang berbeda nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau the sequental infection of hypothesis. Re-infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibodi akan mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat dilepaasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorfosis. Trombosit yaang mengalami kerusakan metamorfosis akan dimusnahkan oleh sistem retikuloendtelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasoakatif (histmin dan serotonini) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit faktor III yang merangsang koagulasi intravaskular.
3. Terjadinya aktivasi faktor hageman ( faktor XII) dengan akibat kahir terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi ini, plasminogen akan menjadi plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistim kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.

a) Manifestasi klinis
Gambaran klinis amat bervariasi.
Pada demam dengue,antara lain:
1. suhu badan tiba-tiba meninggi
2. demam berlangsung hanya beberapa hari
3. kurva demam yang menyerupai pelana kuda
4. nyeri tekan terutama diotot dan persendian
5. adanya ruam-ruam pada kulit
6. leukopenia.
Pada DBD menurut WHO 1986, adalah:
1. demam akut, yang tetap tinggi selama 2-7 hari, kemudian turun secara lisis. Demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, malaise, nyeri pada punggung, tulang, persendian dan kepala.
2. manifestasi perdarahan, seperti uji turniket positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan melena.
3. pembesaran hati dan nyeri tekan tanpa ikterus.
4. dengan/tanpa renjatan. Renjatan yang terjadi pada saaat demam biasanya mempunyai prognosis buruk.
5. kenaikan nilai Ht/hemokonsentrasi, yaitu sedikitnya 20%.
Pada DSS antara lain:
Defenisi kasus DHF ditambah dengan gangguan sirkulasi yang ditandai dengan:
1. nadi cepat, lemah, perfusi perifer menurun.
2. hipotensi, kulit dingin-lembab, sianosis perifer, dan pada anak tampak gelisah.

Kalsifikasi DHF menurut WHO (1997) berdasarkan beratnya penyakit :
1. Derajat 1 (ringan)
Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya uji perdarahan yaitu uji turniket positif
2. Derajat 2 (sedang)
Seperti derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit dan atau perdarahan lainnya.
3. Derajat 3
Ditemukannya kegagalan sirkulasi sperti nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg ataau kurang)
4. Derajat 4
Terdapat DSS dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

b) Komplikasi

1. Orkitis
2. Ooporesis
3. Keratitis
4. Retinitis
5. Kesadaran menurun
6. Ensefalopati
7. Paralisis sensorium.



IV. PENATALAKSANAAN

a) Pencegahan.
Pemberantasan vektor:
1. Menggunakan insektisida
 Malathion untuk membunuh nyamik dewasa (adultisida) dengan pengasapan (thermal fogging) atau pengabutan ( cold fogging)
 Temephis ( abate) untuk membunuh jentik ( larvasida) dengan menaburkan pasir abate kebejana-bejana tempat penampungan air bersih. Dosis yang digunakan adalah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1% per 10 liter air.

2. Tanpa insektisida
Caranya adalah:
 Menguras tempat penampungan air minimal 1 x seminggu ( perkembangan telur nyamuk lamanya 7-10 hari)
 Menutup tempata penampungana air rapat-rapat.
 Membersihkan halaman rumah dari kaleng-kaleng bekas, botol, dan benda lain tempat nyamuk bersarang.
 Perlindungan perseorangan untuk mencegah gigitan nyamuk dengan memasang kawat kasa dilubang angin di atas jendela, tidur dengan kelambu.

b) Suportif.
Penatalakasanaan bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebaagai akibat perdarahan. Pasien demam dengue dapat berobat jalan sedangkan pasien dengan DHF dirawat diruang perawatan biasa, tetapi pada kasus DHF dengan komplikasi diperlukan perawatan intensif. Fase kritis biasanya terjadi pada hari ketiga.
Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul akibat demama tingggi, anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50 ml/KgBB dalam 4-6jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah, atau oralit.stelah dhidrasi dapat diatasi, berikan cairan rumatan 80-100 ml/KgBB dalam 24 jam berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface cooling dengan kompres es dan alkohol 70 %. Parasetamol direkmendasikan untuk mengatasi demam dengan dosis 10-15 mg/KgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan apabila pasien terus menerus muntah sehingga tidak mungki diberikan makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat(>40 vol %). Jumlah cairan yang diberikan tergantung derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis, ¼ dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan larutan yang berisi 0.167 mol/liter natrium bikarbonat( 3/5 bagian berisi larutan NaCl 0,9% + glukosa ditambah ¼ natrium bikarbonat).

Apabila terdapat kenaikan hemokonsentrasi 20% aau lebih mka komposisi jenis cairan yang diberikan harus sama dengan plasma. Volume dan komposisi cairan yang diperlukan sesuai seperti cairan untuk dehidrasi pada diare ringan sampai sedang, yaitu cairan rumatan ditambah defisit 6 %(5-8%).
Perhatikan apabila terdapat perdarahan yang membahayakan maka dilakukan transfusi darah segera. Bila pasien kejang berikan diazepam. Jangan lupa monitor TTV tiap 3 jam. Pemberian antibiotik bila terdapat kekhawatiran infeksi sekunder.
Apabila pasien syok maka cairan IV diguyur.