manajemen balita sakit

KONSEP DASAR PENYAKIT-PENYAKIT BERDASARKAN MTDS PADA BALITA SAKIT
Balita sakit, berumur 2 bulan sampai 5 tahun
1. Pneumonia
Pneumonia, inflamasi parenkim paru, merupakan penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak namun lebih sering terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak awal. Secara klinis pneumonia dapat terjadi sebagai penyakit primer atau sebagai komplikasi dari penyakit lain. Secra morfologik, pneumonia digolongkan menjadi :
Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan morfologi, bentuk klinis, dan agens etiologi: virus, atipikal (mikoplasma), bakteri, atau aspirasi benda asing. Pneumonia juga dapat disebabkan oleh histomikosis, koksidiodomikosis, dan jamur lainnya. Agens penyebabnya diidentifikasi dari riwayat klinis, usia anak, riwayat kesehatan umum, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, radiografi, dan pemeriksaan laboratorium
2. Diare
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari frekuensi tinja atau konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh ibunya. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Penyakit ini ditularkan secara fecal-oral melalui makanan dan minuman yang tercemar. Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di negara berkembang. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab utama kematian karena diare adalah dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja.
Penyebab diare akut paling sering adalah faktor infeksi. Pada garis besarnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu infeksi parenteral dan enteral. Infeksi enteral merupakan infeksi dalam usus dimana 50 % diare pada anak disebabkan karena virus.
Diare didefinisikan sebagai peningkatan dari jumlah tinja dan penurunan konsistensi tinja dari lembek cair sampai cair, dengan atau tanpa darah dan atau tanpa lendir di dalam tinja, di mana manifestasi klinik yang utama adalah kehilangan air dan elektrolit melalui saluran cerna. Untuk keperluan diagnosis, secara epidemiologis dalam masyarakat, diare didefinisikan sebagai berak lembek cair sampai cair 3-5 kali perhari. Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi diare akut dan diare kronik. Diare kronik adalah diare yang melanjut hingga 2 minggu atau lebih.
Pembagian diare menurut Depkes meliputi diare tanpa tanda dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Dehidrasi terjadi bila cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk. Diare tanpa tanda dehidrasi terjadi jika kehilangan cairan <5% BB, diare dehidrasi ringan sedang jika kehilangan cairan 5-10% BB, dan diare dehidrasi berat jika kehilangan cairan >10% BB.
3. Disentri
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah [1]. Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
• Buang air besar dengan tinja berdarah
• Diare encer dengan volume sedikit
• Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
• Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
Disentri atau diare berdarah adalah salah satu jenis diare yang paling berbahaya. Secara umum penyakit ini lebih berat dan lebih banyak menyebabkan kematian dibandingkan dengan jenis diare yang lain.
Pada tahun 1898. bersamaan dengan saat Amerika menyatakan perang terhadap Kuba, ditemukan bakteri penghasil toksin shiga pada tentara yang berperang. Dimana pada saat itu kebanyakan tentara meminum air dari kubangan didekat mereka karena keterbatasan persediaan air bersih. kuman penyebab disentri, Shigella dysenteriae type 1 (Sd1 ) ditemukan abad lalu, epidemi yang luas telah dilaporkan di afrika, asia dan amerika latin. Salah satu epidemi terbesar terjadi di Amerika Latin pada tahun 1969 dan 1973 dimana terjadi 500.000 kasus disentri dan menyebabkan meninggalnya 20.000 orang.
Disentri adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman Disentri. Disentri terdiri dari dua golongan yaitu Disentri Basiler dan Disentri Amuba, yang bisa dibedakan dari pemeriksaan tinja melalui pemeriksaan mikroskopik di laboratorium. Penularan penyakit Disentri berlangsung secara Oro-Fekal, artinya penyakit ini ditularkan melalui makanan/minuman/alat makan- minum yang tercemar tinja yang mengandung kuman Disentri.
4. Penyakit berat dengan demam
Demam adalah suatu keadaan saat suhu badan melebihi 370C yang disebabkan oleh penyakit atau peradangan. Anak yang memiliki suhu tinggi karena suhu tinggi berkepanjangan dapat menyebabkan sawan. Demam yang melebihi 3 hari mungkin merupakan malaria atau penyakit yang disebabkan oleh nyamuk lainnya.
5. Malaria
Malaria adalah penyakit disebabkan 4 spesies parasit protozoa Plasmodium, yaitu: P. vivax, P. malariae, P. ovale & P. falciparum.yang dibawa gigitan nyamuk betina Anopheles, vektornya.
6. Campak
Penyakit Campak (Rubeola, Campak 9 hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus.
Penularan infeksi terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari sebelum rimbulnya ruam kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada.
Sebelum vaksinasi campak digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit ini.
Agens : virus. Sumber : sekresi saluran pernafasan, darah, dan urine orang yang terinfeksi. Transmisi : biasanya akibat kontak langsung dengan droplet orang yang terinfeksi. Masa inkubasi: 10-20 hari. Masa penularan : dari 4 hari sebelum sampai 5 hari setelah ruam muncul tetapi terutama terjadi setelah stadium prodormal (berhubungan dengan katar/radang selaput lender.
7. DBD
Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.
8. MASTOIDITIS
Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya)
Epidemiologi
Masih belum diketahui secara pasti , tetapi biasanya terjadi pada pasien-pasien muda dan pasien dengan gangguan system imu.
Patofisiologi/etiologi
Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative dan streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya. Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.
Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.
9. INFEKSI TELINGA
Infeksi-infeksi telinga dapat terjadi pada telinga luar, tengah dan dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan bagian luar telinga (auricle), yang terdiri dari tulang rawan dan kulit, dan daun telinga. Telinga luar juga termasuk saluran telinga (jalan terus yang membawa suara dari luar tubuh ke gendang telinga). Gendang telinga (tympanic membrane) adalah suatu membran tipis yang berlokasi pada ujung paling dalam dari saluran telinga yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes (kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah). Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-saluran auditory) mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara pada telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga. Telinga tengah juga mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam.
Telinga dalam terdiri dari cochlea (struktur yang mengandung organ yang diperlukan untuk mendengar) dan labyrinth (rongga-rongga saling berhubungan yang membantu memelihara keseimbangan). Syaraf yang berakhir pada telinga dalam merubah getaran-getaran suara kedalam signal-signal menuju ke otak yang mengizinkan terjadinya pendengaran.
Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah – infeksi-infeksi telinga dalam adalah jarang. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun, infeksi-infeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum pada anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek dan sempit, membuat mereka lebih sulit untuk mengalir. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan lebih besar dan dapat menghalangi tabung-tabung eustachio.
10. EDEMA
Edema merupakan pemupukan cairan diruang intersisial, yang dapat disebabkan oleh :
1. Peningkatan tekanan kapiler, antara lain :
• retensi air dan garam oleh ginjal
• tekanan vena meningkat oleh karena :
 gagal jantung
 bendungan vena local
 kegagalan pompa vena
• tahanan arteriola menurun karena :
 panas badan meningkat
 kelumpuham saraf simpatis
 vasodilator
2. kekurangan protein plasma
• kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik )
• kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar )
• produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi )
3. permeabilitas kapiler meningkat karena :
• reaksi imun, urtikaria
• toksin
• infeksi bakteri
 defisiensi vitamin C
• iskemia yang lama
• luka bakar
4. saluran limfe tersumbat atau terputus karena :
• operasi ( terpotong / terjahit )
• penyakit kanker
• infeksi cacing filariasis
11. KURUS
Ada dua hal penting yang menentukan anak kurus atau tidak. Pertama, kurus karena BB-nya kurang menurut umur, sementara tinggi badannya sesuai umur atau kurang menurut umur. Kedua, kurus karena tinggi badannya yang lebih menurut umur sementara beratnya cukup menurut umur. Contoh: Di usia 2 tahun Winda memiliki TB 90 cm (idealnya 88,6 cm), Winda dikategorikan jangkung. Dari segi usia, BB-nya yang 10 kg termasuk normal (90% dari BB ideal) namun ia terlihat kurus karena TB-nya lebih.
KAPAN HARUS CURIGA
BB kurang bisa disebabkan asupan nutrisi yang kurang, aktivitas anak yang berlebih, atau ada penyakit yang melatarinya sehingga asupan makanannya tidak terserap secara optimal. Anak tergolong kurus kalau:
- BB anak tidak naik setiap bulan sesuai dengan umurnya.
- BB bertambah tapi tidak sesuai dengan BB ideal menurut umur.
- Asupan nutrisi bagus tapi anak tetap kurus, boleh jadi fungsi daya serap ususnya terganggu. Sari makanan yang dibutuhkan mungkin ikut terbuang bersama kotoran. Masalah penyerapan ini harus diselesaikan dulu sebelum memperbaiki asupan.
- Anak batuk berkepanjangan, pucat, lesu, dan tak bernafsu makan.
BB yang tidak kunjung naik bisa disebabkan oleh penyakit infeksi seperti TBC, infeksi saluran kemih, infeksi parasit, dan sebagainya. Selain dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh, infeksi dapat membuat anak sulit makan. Selama penyakit-penyakit ini tidak disembuhkan, anak tetap akan kurus dan BB-nya pun tidak akan bertambah. Untuk memastikan, coba perhatikan kondisi tubuhnya. Biasanya anak tampak.

12. ANEMIA
Istilah anemia mendeskripsikan keadaan penurunan jumlah SDM dan/atau konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal. Sebagai akibat dari penurunan ini, kemampuan darah untuk membawa oksigen menjadi berkurang sehingga ketersediaan oksigen untuk jaringan mengalami penurunan. Anemia merupakan kelainan hematologic yang paling sering dijumpai pada masa bayi dan kanak-kanak. Anemia bukan suatu penyakit tetapi merupakan indikasi atau manifestasi proses patologik yang mendasarinya.
KLASIFIKASI MTBS BALITA
• Masalah saluran nafas
- Pneumonia berat atau penyakit sangat berat
- Pneumonia
- Batuk : bukan pneumonia
• Diare
- Diare dehidrasi berat
- Diare dehidrasi ringan/sedang
- Diare tanpa dehidrasi
- Diare persisten berat
- Diare persisten
- Disenteri
• Demam
- Penyakit berat dengan demam
- Malaria
- Demam mungkin bukan malaria
- Penyakit berat dengan demam
• Campak
- Campak dengan komplikasi berat
- Campak dengan komplikasi ada matadan / atau mulut
- Campak
• Dengue
- Demam berdarah dengue (dbd)
- Mungkin dbd
- Demam :mungkin bukan dbd
• Masalah telinga
- Mastoiditis
- Infeksi telinga akut
- Infeksi telinga kronis
- Tidak ada infeksi telinga
• Memeriksa status gizi
- Sangat kurus dan / atau edem
- Kurus
- Normal
• Memeriksa anemia
- Anemia berat
- Anemia
- Tidak anemia

2.2 PENGKAJIAN DATA ( TANDA/GEJALA ) YANG SERING TERDAPAT PADA FORM MTBS
Tanyakan Pada Ibu Mengenai Masalah Anaknya
Tanyakan apakah kunjungan pertama atau kunjungan ulang untuk masalah tersebut.
• Jika kunjungan pertama, lakukan penilaian pada anak
• Jika kunjungan ulang, gunakan petunjuk pada pelayanan tindak lanjut.

Memeriksa Tanda Bahaya Umum
Tanyakan:
• Apakah anak bisa minum atau menyusu?
• Apakah anak selalu memuntahkan semuanya?
• Apakah anak menderita kejang?
Lihat:
• Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar?

Seorang anak dengan tanda bahaya umum memerlukan penanganan SEGERA, selesaikan penilaian ini dan lakukan penanganan segera, sehingga rujukan tidak terlambat.

Tanyakan Keluhan Utama :
A. Apakah anak menderita batuk atau sukar bernapas?
Jika Ya, Tanyakan : Berapa lama?
Lihat Dan Dengar:
• Hitung napas dalam 1 menit.
• Perhatikan, adakah tarikan dinding dada ke dalam.
• Dengar adanya stridor.
Umur Anak : Napas cepat apabila:
2 bulan - <12 bulan 50 kali atau lebih per menit
12 bulan - <5 tahun 40 kali atau lebih per menit

1. Pneumonia Berat Atau Penyakit Sangat Berat
Tanda dan Gejala
• Ada tanda bahaya umum
• Tarikan dinding dada ke dalam
• Stridor

2. Pneumonia
Tanda dan Gejala
• Napas cepat

3. Batuk : Bukan Pneumonia
Tanda dan Gejala
• Tidak ada tanda-tanda pneumonia atau penyakit sangat berat.

B. Apakah anak menderita diare?
Jika Ya, Tanyakan:
• Sudah berapa lama?
• Adakah darah dalam tinja?
Lihat Dan Raba:
• Lihat keadaan umum anak:
Apakah:
- Letargis atau tidak sadar?
- Gelisah dan rewel/mudah marah?
• Lihat apakah matanya cekung?
• Beri anak minum
Apakah:
- Tidak bisa minum atau malas minum?
- Haus, minum dengan lahap?
• Cubit kulit perut untuk mengetahui turgor.
Apakah kembalinya:
- Sangat lambat (lebih dari 2 detik)?
- Lambat?
Untuk Dehidrasi
1. Diare Dehidrasi Berat
Tanda dan Gejala :
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
• Letargis atau tidak sadar
• Mata cekung.
• Tidak bisa minum atau malas minum.
• Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.
2. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang
Tanda dan Gejala :
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
• Gelisah, rewel /mudah marah.
• Mata cekung.
• Haus, minum dengan lahap.
• Cubitan kulit perut kembali lambat.
3. Diare Tanpa Dehidrasi
Tanda dan Gejala :
• Tidak cukup tanda-tanda untuk diklasifikasikan sebagai diare dehidrasi berat atau ringan/sedang.
Diare 14 Hari atau Lebih
1. Diare Persisten Berat
Tanda dan Gejala :
Ada dehidrasi
2. Diare Persisten
Tanda dan Gejala :
Tanpa dehidrasi
Darah Dalam Tinja
3. Disentri
Tanda dan Gejala
Ada darah dalam tinja

C. Apakah anak demam ?
(pada anamnesis teraba panas atau suhu ≥ 37.5°C)
Tanyakan :
• Sudah berapa lama anak demam?
• Jika lebih dari 7 hari, apakah demam setiap hari?
• Apakah pernah mendapat obat anti malaria dalam 2 minggu terakhir?
• Apakah anak menderita Campak dlm 3 bulan terakhir?
Lihat Dan Raba :
• Lihat dan raba adanya kaku kuduk.
• Lihat adanya pilek.
• Lihat adanya tanda-tanda campak saat ini:
- Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh
- Terdapat salah satu gejala berikut : batuk, pilek
• Tentukan daerah risiko malaria :
- Risiko Tinggi, Risiko Rendah atau Tanpa Risiko.
• Jika Risiko Rendah/Tanpa Risiko malaria, tanyakan:
- Apakah anak berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir?
- Jika ya, tentukan daerah Risiko sesuai tempat yang dikunjungi,
• Ambil sediaan darah: tidak dilakukan untuk daerah Tanpa Risiko
- Periksa RDT jika belum pernah dilakukan dalam 28 hari terakhir,atau
- Periksa mikroskopis darah jika sudah pernah dilakukan RDT dalam 28 hari terakhir
Risiko Tinggi Malaria
1. Penyakit Berat Dengan Demam
Tanda dan Gejala :
• Ada tanda bahaya umum.
• Kaku kuduk.
2. Malaria
Tanda dan Gejala :
• Demam. ( pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > 37.5° C )
• RDT positif
3. Demam : Mungkin Bukan Malaria
Tanda dan Gejala :
• Demam. ( pada anamnesis atau teraba panas atau suhu > 37.5 ° C )
• RDT negatif
Risiko Rendah Malaria
1. Penyakit Berat Dengan Demam
Tanda dan Gejala :
• Ada tanda bahaya umum.
• Kaku kuduk.
2. Malaria
Tanda dan Gejala :
• Tidak ada pilek
• Tidak ada campak
• Tidak ada penyebab lain dari demam
3. Demam : Mungkin Bukan Malaria
Tanda dan Gejala :
• Ada pilek
• Ada campak
• Ada penyebab lain dari demam

Tanpa Risiko Malaria
1. Penyakit Berat Dengan Demam
Tanda dan Gejala :
• Ada tanda bahaya umum
• Kaku kuduk
2. Demam Bukan Malaria
Tanda dan Gejala :
● Tidak ada tanda bahaya umum dan tidak ada kaku kuduk

Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir:
• Lihat adanya luka di mulut. Apakah dalam / luas?
• Lihat adanya nanah pada mata.
• Lihat adanya kekeruhan pada kornea.
1. Campak Dengan Komplikasi Berat
Tanda dan Gejala :
• Ada tanda bahaya umum
• Kekeruhan pada kornea mata
• Luka di mulut yang dalam atau luas.
2. Campak Dengan Komplikasi Pada Mata Dan / Atau Mulut
Tanda dan Gejala :
• Mata bernanah
• Luka di mulut.
3. Campak
Tidak ada tanda-tanda diatas.

Klasifikasikan Demam untuk Demam Berdarah Dengue, hanya jika : demam 2 sampai dengan 7 hari
Tanyakan :
• Apakah demam mendadak tinggi dan terus-menerus?
• Apakah ada bintik merah di kulit atau perdarahan dari hidung/gusi?
• Apakah anak muntah? Jika YA:
- Apakah sering?
- Apakah muntah dengan darah atau seperti kopi?
• Apakah berak berwarna hitam?
• Apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah?
Lihat Dan Raba
Periksa tanda-tanda syok :
• Ujung ekstremitas teraba dingin dan nadi sangat lemah / tidak teraba.
Lihat adanya :
• Perdarahan dari hidung / gusi.
• Bintik perdarahan di kulit (petekie) jika sedikit dan tidak ada tanda lain dari DBD. Lakukan uji torniket jika mungkin
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tanda dan Gejala :
• Ada tanda tanda syok atau gelisah
• Muntah bercampur darah/ seperti kopi
• Berak berwarna hitam
• Perdarahan dari hidung atau gusi
• Bintik-bintik perdarahan di kulit (petekie) dan uji torniket positif
• Sering muntah.
2. Mungkin DBD
Tanda dan Gejala :
• Demam mendadak tinggi dan terus menerus
• Nyeri ulu hati atau gelisah
• Bintik-bintik perdarahan di kulit
3. Demam : Mungkin Bukan DBD
Tanda dan Gejala :
• Tidak ada satupun gejala di atas
D. Apakah anak mempunyai masalah telinga?
Jika Ya, Tanyakan :
• Apakah telinganya sakit?
• Adakah cairan/nanah keluar dari telinga?
Jika Ya, berapa lama?
Lihat Dan Raba:
• Lihat, adakah cairan/nanah keluar dari telinga?
• Raba, adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga?
1. Mastoiditis
Tanda dan Gejala :
• Pembengkakan yang nyeri di belakang telinga.
2. Infeksi Telinga Akut
Tanda dan Gejala :
• Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi kurang dari 14 hari
• Nyeri telinga.
3. Infeksi Telinga Kronis
Tanda dan Gejala :
• Tampak cairan/nanah keluar dari telinga dan telah terjadi selama 14 hari atau lebih.
4. Tidak Ada Infeksi Telinga
Tanda dan Gejala :
• Tidak ada sakit telinga DAN tidak ada nanah keluar dari telinga

E. Memeriksa Status Gizi
Lihat Dan Raba:
• Lihat apakah anak tampak sangat kurus?
• Lihat dan raba adanya pembengkakan di kedua punggung kaki.
• Tentukan Berat badan menurut panjang badan atau tinggi badan, apakah :
- BB / PB (TB) < -3 SD
- BB / PB (TB) ≥ -3 SD – <-2 SD
- BB / PB (TB) -2 SD – +2 SD
1. Sangat Kurus Dan / Atau Edema
Tanda dan Gejala :
• Badan sangat kurus
• BB/PB(TB) <-3SD
• Bengkak pada kedua punggung kaki
2. Kurus
Tanda dan Gejala :
• Badan kurus
• BB/PB (TB) ≥ -3SD – <-2SD
3. Normal
Tanda dan Gejala :
• BB/PB (TB) -2 SD – + 2 SD
• Tidak ditemukan tanda-tanda ke-lainan gizi diatas

F. MEMERIKSA ANEMIA
Lihat :
• Lihat tanda kepucatan pada telapak tangan
Apakah:
- sangat pucat ?
- agak pucat ?
1. Anemia Berat
Tanda dan Gejala :
• Telapak tangan sangat pucat
2. Anemia
Tanda dan Gejala :
• Telapak tangan agak pucat
3. Tidak Anemia
Tanda dan Gejala :
• tidak ditemukan kepucatan pada telapak tangan



RENCANA TINDAKAN PADA ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN
1. Batuk atau sukar bernapas
a. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat
Rencana tindakan:
• beri dosis pertama antibiotik yang sesuai.
• rujuk segera

b. Pneumonia
Rencana tindakan:
• beri antibiotik yang sesuai.
• beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
• jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 2 hari.

c. Batuk : bukan pneumonia
Rencana tindakan:
• beri pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.
• jika batuk >3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan

2. Diare
a. Diare dehidrasi berat
Rencana tindakan:
• jika tidak ada klasifikasi berat lain:
- beri cairan untuk dehidrasi berat (rencana terapi c) dan tablet zinc.
• jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:
- rujuk segera.
- jika masih bisa minum, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.
• jika ada kolera di daerah tersebut, beri antibiotic untuk kolera

b. Diare dehidrasi ringan/ sedang
Rencana tindakan:
• beri cairan & makanan sesuai rencana terapi b dan tablet zinc.
• jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lain:
- rujuk segera.
- jika masih bisa minum, berikan asi dan larutan oralit selama perjalanan.
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.

c. Diare tanpa dehidrasi
Rencana tindakan:
• beri cairan & makanan sesuai rencana terapi a dan tablet zinc.
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.


d. Diare persisten berat
Rencana tindakan:
• atasi dehidrasi sebelum dirujuk, kecuali ada klasifikasi berat lain.
• rujuk.


e. Diare persisten
Rencana tindakan:
• nasihati pemberian makan untuk diare persisten.
• kunjungan ulang 5 hari

f. Disenteri
Rencana tindakan:
• beri antibiotik yang sesuai
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 2 hari.

3. Demam
a. Penyakit berat dengan demam
Rencana tindakan:
• jika hasil rdt/mikroskopis positif untuk falsiparum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artemeter.
• jika hasil rdt/mikroskopis negatif, tidak perlu diberi suntikan anti malaria.
• beri dosis pertama suntikan antibiotik.
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5°c).
• cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera.

b. Malaria
Rencana tindakan:
• jika rdt positif falsiparum, atau positif non falsiparum, atau positif mixed, beri antimalaria oral yang sesuai (lihat bagan pengobatan)
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5°c).
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari berturut-turut

c. Demam : mungkin bukan malaria
Rencana tindakan:
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5°c).
• obati penyebab lain dari demam
• jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam.

d. Penyakit berat dengan demam
Rencana tindakan:
• jika hasil rdt/mikroskopis positif untuk falsiparum atau mixed, beri dosis pertama suntikan artemeter.
• jika hasil rdt/mikroskopis negatif, tidak perlu diberi anti malaria.
• beri dosis pertama suntikan antibiotik.
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38.5°c ).
• cegah agar gula darah tidak turun. Rujuk segera.

Tanpa risiko malaria
e. Penyakit berat dengan demam
Rencana tindakan:
• beri dosis pertama antibiotik yang sesuai.
• cegah agar gula darah tidak turun.
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38,5°c ).
• rujuk segera.

f. Demam : bukan malaria
Rencana tindakan:
• beri dosis pertama parasetamol jika demam tinggi ( ≥ 38,5°c.).
• obati penyebab lain dari demam
• jika demam tiap hari selama > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lajutan
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam.

Campak
g. Campak dengan komplikasi berat
Rencana tindakan:
• beri vitamin a.
• beri dosis pertama antibiotik yang sesuai.
• jika ada kekeruhan pada kornea atau mata bernanah, bubuhi tetes/salep mata kloramfenikol/tetrasiklin tanpa kortikosteroid.
• jika demam tinggi ( ≥ 38.5°c), beri dosis pertama parasetamol.
• rujuk segera.

h. Campak dengan komplikasi pada mata dan / atau mulut
Rencana tindakan:
• beri vitamin a.
• jika mata bernanah, bubuhi tetes/salep matakloramfenikol/tetrasiklin tanpa kortikosteroid.
• jika ada luka di mulut, ajari cara mengobati dengan gentian violet.
• jika anak sangat kurus, berikan vitamin a sesuai dosis .
• kunjungan ulang 2 hari

i. Campak
Rencana tindakan:
• beri vitamin a.

Demam berdarah dengue
• jika ada syok, beri oksigen 2-4 liter/menit dan beri segera cairan intravena sesuai petunjuk.
• jika tidak ada syok tapi sering muntah atau malas minum, beri cairan infus ringer laktat/ ringer asetat, jumlah cairan rumatan.
• jika tidak ada syok, tidak muntah dan masih mau minum, beri oralit atau cairan lain sebanyak mungkin dalam perjalanan ke rumah sakit.
• jika demam tinggi ( > 38.5°c), beri dosis pertama parasetamol. Tidak boleh golongan salisilat dan ibuprofen.
• rujuk segera.

4. Masalah telinga
a. Mastoiditis
Rencana tindakan:
• beri dosis pertama antibiotik yang sesuai.
• beri dosis pertama parasetamol untuk mengatasi nyeri.
• rujuk segera.

b. Infeksi telinga akut
Rencana tindakan:
• beri antibiotik yang sesuai.
• beri parasetamol untuk mengatasi nyeri.
• keringkan telinga dengan bahan penyerap.
• kunjungan ulang 2 hari

c. Infeksi telinga kronis
Rencana tindakan:
• keringkan telinga dengan kain/ kertas peyerap setelah dicuci dengan h2o2 3%.
• beri tetes telinga yang sesuai.
• kunjungan ulang 5 hari.

5. Status gizi
a. Sangat kurus dan / atau edema
Rencana tindakan:
• beri air gula.
• hangatkan badan
• beri vitamin a.
• bila disertai diare, berikan cairan resomal atau modifikasinya.
• bila syok, berikan bolus glukosa 10% iv dan infus.
• bila ada komplikasi pada mata, beri tetes/ salep mata tanpa kortikosteroid.
• rujuk segera. Selama di perjalanan jaga kehangatan badan dan bila masih menyusu, teruskan asi.
b. Kurus
Rencana tindakan:
• lakukan penilaian pemberian makan pada anak.
• bila ada masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi di puskesmas dan kunjungan ulang 5 hari.
• bila tidak ada masalah pemberian makan, nasihati sesuai “anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit” dan
Kunjungan ulang 14 hari.
• nasihati kapan kembali segera

c. Normal
Rencana tindakan:
• jika anak berumur kurang dari 2 tahun, lakukan penilaian pemberian makan dan nasihati sesuai “anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit”
• anjurkan untuk menimbang berat badan secara teratur setiap bulan.

6. Anemia

a. Anemia berat
Rencana tindakan:
• rujuk segera.
• bila masih menyusu, teruskan pemberian asi

b. Anemia
Rencana tindakan:
• beri zat besi.
• beri obat cacing
• jika daerah risiko tinggi malaria : beri antimalaria oral.
• nasihati kapan kembali segera.
• kunjungan ulang 4 minggu.


Mengajari ibu cara pemberian
Obat oral di rumah
Ikuti petunjuk di bawah ini untuk setiap obat oral yang harus diberikan di rumah.
Ikuti juga petunjuk yang tercantum dalam tiap tabel dosis obat.
• tentukan obat dan dosis yang sesuai dengan berat badan atau umur anak.
• jelaskan alasan pemberian obat.
• peragakan cara membuat satu dosis.
• perhatikan cara ibu menyiapkan sendiri 1 dosis.
• mintalah ibu memberi dosis pertama pada anak bila obat harus diberikan di klinik.
• terangkan dengan jelas cara memberi obat dan tuliskan pada label obat.
• jika memberi lebih dari 1 jenis obat, bungkus setiap obat secara terpisah.
• jelaskan bahwa semua obat harus diberikan sesuai anjuran walaupun anak telah menunjukkan perbaikan.
• cek pemahaman ibu.

Mengajari ibu cara mengobati
Infeksi lokal di rumah
• jelaskan alasan pemberian obat.
• uraikan langkah-langkah pengobatan sebagaimana tercantum dalam kotak yang sesuai.
• amati cara ibu melakukan pengobatan di klinik.
• jelaskan berapa kali dia harus mengerjakannya di rumah.
• berikan obat yang telah digunakan dalam peragaan untuk dilanjutkan di rumah.
• cek pemahaman ibu.

Mencegah agar gula darah tidak turun
● jika anak masih bisa menyusu :
Mintalah kepada ibu untuk menyusui anaknya.
● jika anak tidak bisa menyusu tapi masih bisa menelan :
Beri perahan asi, atau
Susu formula / air gula 30 - 50 ml sebelum dirujuk
Cara membuat air gula:
Larutkan 1 sendok teh gula pasir (5 gram) kedalam gelas yang berisi 50 ml air matang.
● jika anak tidak bisa menelan:
Beri 50 ml susu formula / air gula melalui pipa nasogastrik.
Jika tidak tersedia pipa nasogastrik, rujuk segera.

Pemberian cairan pra rujukan untuk
Demam berdarah dengue
Jika ada tanda syok, atasi syok dengan segera :
● beri oksigen 2 - 4 liter/ menit.
● segera beri cairan intravena * beri cairan ringer laktat / ringer asetat: 20 ml/ kgbb/ 30 menit.
● periksa kembali anak setelah 30 menit.
- jika nadi teraba, beri cairan dengan tetesan 10 ml/kg/ bb/ jam. Setelah maksimal 30 menit, rujuk segera ke rumah sakit.
- jika nadi tidak teraba, beri cairan dengan tetesan 20 ml/kg bb/ 30 menit dan rujuk segera ke rumah sakit.
● pantau tanda vital dan diuresis setiap jam.
Jika tidak ada tanda syok:
● berikan infus ringer laktat / ringer asetat sesuai dosis
- berat badan < 15 kg : 7 ml/kgbb/jam
- berat badan 15-40 kg : 5 ml/kgbb/jam
- berat badan > 40 kg : 3 ml/kgbb/jam
● jika anak bisa minum
- beri minum apa saja ** (oralit, susu, teh manis, jus buah, kaldu atau tajin ) sebanyak mungkin dalam perjalanan ke tempat rujukan.
Catatan :
* jika tidak dapat memberi cairan intravena, rujuk segera, dalam perjalanan beri oralit/ cairan lain sedikit demi sedikit dan sering.
** jangan memberi minuman yang berwarna merah atau coklat tua karena sulit dibedakan jika ada perdarahan lambung.

Tindakan pra rujukan untuk anak sangat
Kurus disertai diare.
● berikan cairan resomal atau modifikasinya sebanyak 5 ml/ kg bb melalui oral atau pipa nasogastrik sebelum dirujuk.
● cara pembuatan cairan :
1. Resomal :
- oralit 1 sachet (untuk 200 ml)
- gula pasir 10 gram ( 1 sendok makan peres )
- mineral mix 8 ml ( 1 sendok makan )
- tambahkan air matang menjadi 400 ml.
2. Modifikasi resomal.
- oralit 1 sachet (untuk 200 ml)
- gula pasir 10 gram
- bubuk kcl 0.8 gram (seujung sendok makan)
- tambahkan air matang menjadi 400 ml.
● bila tidak ada mineral mix atau kcl :
Encerkan 1 sachet oralit menjadi 400 ml dan tambahkan gula pasir 10 gram ( 1 sendok makan peres).
● jika anak masih mau minum, teruskan pemberian cairan resomal / modifikasinya selama perjalanan.
Pemberian glukosa 10% dan cairan infus pra
Rujukan untuk anak sangat kurus disertai syok.
• pemberian glukosa 10% iv bolus dengan dosis 5 mg/kg bb.
• pemberian cairan infus pada anak sangat kurus, harus hati-hati, pelan-pelan dan bertahap, agar tidak memperberat kerja jantung.
• berikan cairan infus sebanyak 15 ml/ kg bb selama 1 jam atau 5 tetes/ kg bb/ menit.
• dianjurkan menggunakan rlg 5% atau campuran rl dengan dextrosa / glukosa 10% dengan perbandingan 1:1
• bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan rl dengan dosis sesuai di atas.
• rujuk segera.

Konseling bagi ibu
Makanan
Menilai cara pemberian makan anak
Tanyakan tentang cara pemberian makan anak. Bandingkan jawaban ibu dengan anjuran makan untuk
Anak sehat maupun sakit.
Tanyakan :
● apakah ibu menyusui anak ini?
- berapa kali sehari?
- apakah menyusui juga pada malam hari?
● apakah anak mendapat makanan atau minuman lain?
- makanan atau minuman apa?
- berapa kali sehari?
- alat apa yang digunakan untuk memberi makan/minum anak?
- jika anak kurus :
* berapa banyak makanan/minuman yang diberikan kepada anak?
* apakah anak mendapat porsi tersendiri?
* siapa yang memberi makan anak dan bagaimana caranya?
● selama anak sakit, apakah pemberian makan dirubah? Bila ya, bagaimana?

Menasihati ibu tentang masalah pemberian makan
● jika pemberian makan anak tidak sesuai dengan “anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit” :
- nasihati ibu cara pemberian makan sesuai kelompok umur anak.
● jika ibu mengeluhkan kesulitan pemberian asi, lakukan konseling menyusui :
- lakukan penilaian cara ibu menyusui (lihat bagan bayi muda).
- tunjukkan pada ibu cara menyusui yang benar.
- jika ditemukan masalah lakukan tindakan yang sesuai.
● jika bayi berumur kurang dari 6 bulan mendapat susu formula atau makanan lain:
- anjurkan ibu untuk relaktasi:
* bangkitkan rasa percaya diri ibu bahwa ibu mampu memproduksi asi sesuai kebutuhan anaknya.
* susui bayi lebih sering, lebih lama, pagi, siang maupun malam.
* secara bertahap mengurangi pemberian susu formula atau makanan lain.
● jika bayi berumur 6 bulan atau lebih dan ibu menggunakan botol untuk memberikan susu pada anaknya
- minta ibu untuk mengganti botol dengan cangkir/ mangkuk/ gelas.
- peragakan cara memberi susu dengan mangkuk/ cangkir/ gelas.
- berikan makanan pendamping asi (mp asi) sesuai kelompok umur.
● jika anak tidak diberi makan secara aktif, nasihati ibu untuk:
- duduk di dekat anak, membujuk agar mau makan, jika perlu menyuapi anak.
- memberi anak porsi makan yang cukup dengan piring / mangkuk tersendiri sesuai dengan kelompok umur.
- memberi makanan kaya gizi yang disukai anak.
● jika ibu merubah pemberian makan selama anak sakit:
- beritahu ibu untuk tidak merubah pemberian makan selama anak sakit.
- nasihati ibu untuk memberi makanan sesuai kelompok umur dan kondisi anak.

Menasihati ibu tentang kesehatan dirinya
● jika ibu sakit, berikan perawatan untuk ibu atau rujuk
● jika ibu mempunyai masalah payudara (misalnya: bengkak, nyeri pada putting susu, infeksi payudara), berikan perawatan atau rujuk untuk pertolongan lebih lanjut.
● nasihati ibu agar makan dengan baik untuk menjaga kesehatan
● periksa status imunisasi ibu, jika dibutuhkan beri imunisasi tetanus toksoid (tt).
● pastikan bahwa ibu memperoleh informasi dan pelayanan terhadap:
- program keluarga berencana.
- konseling perihal penyakit menular seksual dan pencegahan hiv/aids

Menasihati tentang penggunaan
Kelambu untuk pencegahan malaria
● ibu dan anak tidur menggunakan kelambu.
● kelambu yang tersedia, mengandung obat anti nyamuk yang dapat membunuh nyamuk tapi aman bagi manusia.
● gunakan kelambu pada malam hari, walaupun diduga tak ada nyamuk.
● gunakan paku dan tali untuk menggantung kelambu.
● ujung kelambu harus ditempatkan dibawah kasur atau tikar.
● cuci kelambu bila kotor, tapi jangan lakukan di saluran air atau di sungai, karena obat anti nyamuk tidak baik untuk ikan.
● perhatikan juga hal berikut ini:
- jangan menggantungkan pakaian di dalam kamar tidur.
- jika berada di luar rumah, gunakan pakaian lengan. Panjang dan celana/rok panjang.
- bila memungkinkan, semprot kamar tidur dengan obat anti nyamuk dan oleskan obat anti nyamuk saat bepergian.
- segera berobat bila anak demam.

Pemberian pelayanan tindak lanjut
● untuk kunjungan ulang, gunakan kotak pelayanan tindak lanjut yang sesuai klasifikasi sebelumnya.
● jika anak mempunyai masalah baru, lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian, klasifikasi dan
Tindakan / pengobatan anak sakit umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Pneumonia
Sesudah 2 hari:
Tanyakan :
- apakah nafsu makan anak membaik?
- apakah napas lebih lambat?
Periksa :
- tanda bahaya umum.
- lakukan penilaian untuk batuk atau sukar bernapas
Tindakan:
● jika ada tanda bahaya umum atau tarikan dinding dada kedalam beri 1 dosis antibiotik pra rujukan. Selanjutnya rujuk segera.
● jika frekuensi napas atau nafsu makan anak tidak menunjukkan perbaikan, gantilah dengan antibiotik pilihan kedua dan anjurkan ibu untuk kembali 2 hari, atau rujuk jika anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir.
● jika napas melambat dan nafsu makan membaik ,lanjutkan pemberian antibiotik hingga seluruhnya 3 hari.

Diare persisten
Sesudah 5 hari:
Tanyakan: apakah diare sudah berhenti?
Tindakan:
● jika diare belum berhenti, lakukan penilaian ulang lengkap. Beri pengobatan yang sesuai, selanjutnya rujuk. Jika diare persisten berkelanjutan, pikirkan penyebab lain misalnya : hiv/aids.
● jika diare sudah berhenti, nasihati ibu untuk menerapkan anjuran makan untuk anak sehat maupun sakit sesuai dengan kelompok umur.

Disenteri
Sesudah 2 hari:
Tanyakan:
- apakah beraknya berkurang?
- apakah jumlah darah dalam tinja berkurang?
- apakah nafsu makan membaik?

Tindakan:
● jika anak mengalami dehidrasi, atasi dehidrasi.
● jika frekuensi berak, jumlah darah dalam tinja atau
Nafsu makan tetap atau memburuk:
- ganti dengan antibiotik oral pilihan kedua untuk shigela. Beri untuk 5 hari. Anjurkan ibu untuk kembali dalam 2 hari. Jika 2 hari pemberian antibiotika pilihan ke-2 tidak membaik, ganti metronidazol, tanpa pemeriksaan laboratorium sebelumnya.
- jika anak :
* berumur kurang dari 12 bulan atau
* mengalami dehidrasi pada kunjungan pertama atau rujuk
* menderita campak dalam 3 bulan terakhir.

● jika beraknya berkurang, jumlah darah dalam tinja berkurang dan nafsu makan membaik, lanjutkan pemberian antibiotik yang sama hingga selesai.

Malaria (daerah risiko tinggi atau risiko rendah)
Jika tetap demam setelah minum obat anti malaria 3 hari
Berturut-turut
Tanyakan:
- apakah dalam 28 hari terakhir, anak juga pernah demam ?
- apakah dalam 2 minggu terakhir anak sudah mendapat obat anti malaria ?
Periksa:
- lakukan penilaian ulang untuk malaria.
- cari penyebab lain dari demam.
Tindakan:
● jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
● jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan.
● jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam, periksa hasil sediaan darah mikroskopis: jika positif untuk falsiparum, vivax atau ada infeksi campuran (mixed), beri obat anti malaria oral pilihan kedua. Jika tetap demam setelah menyelesaikan pengobatan dengan anti malaria ini,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
● jika anak tetap demam > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Demam : mungkin bukan malaria
(daerah risiko rendah malaria)
Setelah 2 hari:
Periksa:
- lakukan penilaian untuk demam
- cari penyebab lain dari demam.
Tindakan:
● jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
● jika ada penyebab lain dari demam selain malaria, beri pengobatan.
● jika malaria merupakan satu-satunya penyebab demam:
- ambil sediaan darah untuk pemeriksaan mikroskopis.
- beri obat anti malaria oral pilihan pertama sesuai hasil pemeriksaan mikroskopis.
- nasihati ibu untuk kembali 2 hari jika tetap demam.
● jika anak tetap demam > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.

Demam : bukan malaria
(daerah tanpa risiko malaria dan tidak ada kunjungan ke
Daerah dengan risiko malaria)
Setelah 2 hari:
Periksa:
- lakukan penilaian untuk demam
- cari penyebab lain dari demam.
Tindakan:
● jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk, perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
● jika ada penyebab lain dari demam, beri pengobatan.
● jika tidak diketahui penyebab demam, anjurkan ibu kembali dalam 2 hari jika tetap demam.
Pastikan anak mendapat tambahan cairan dan mau makan
● jika anak tetap demam > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan

Campak dengan komplikasi
Pada mata dan / atau mulut
Sesudah 2 hari :
Periksa:
- apakah matanya merah dan bernanah.
- apakah ada luka di mulut. Cium bau mulutnya.
Tindakan:
● pengobatan infeksi mata :
- jika mata masih bernanah, ibu diminta untuk menjelaskan cara mengobati infeksi mata anaknya. Jika sudah betul, rujuk. Jika belum betul, ajari ibu cara mengobati dengan benar.
- jika mata tidak bernanah lagi tapi masih tampak merah, lanjutkan pengobatan.
- jika mata tidak bernanah dan tidak merah, hentikan pengobatan dan pujilah ibu.
● pengobatan luka di mulut :
- jika luka di mulut makin memburuk atau tercium bau busuk dari mulutnya, rujuk.
- jika luka di mulut tetap atau membaik, lanjutkan pengobatan dengan 0,25% gentian violet hingga seluruhnya 5 hari.

Mungkin demam berdarah dengue.
Demam: mungkin bukan demam berdarah dengue.
Sesudah 1 hari (untuk klasifikasi mungkin dbd), atau
Sesudah 2 hari (untuk klasifikas demam: mungkin bukan dbd)
Periksa:
- lakukan penilaian ulang untuk demam, jika tetap demam
- cari penyebab lain dari demam.
Tindakan:
● jika ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk perlakukan sebagai penyakit berat dengan demam.
● jika ada penyebab lain dari demam selain dbd, beri pengobatan.
● jika ada tanda-tanda dbd, perlakukan sebagai dbd.
● jika tetap demam > 7 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.

Infeksi telinga
Sesudah 2 hari untuk infeksi telinga akut atau
Sesudah 5 hari untuk infeksi telinga kronis :
Periksa :
- lakukan penilaian ulang masalah telinga.
- ukur suhu tubuh anak.
Tindakan:
● jika ada pembengkakan yang nyeri di belakang telinga atau demam tinggi (suhu ≥ 38.5° c) , rujuk segera.
● infeksi telinga akut: jika masih ada nyeri atau keluar nanah, obati dengan antibiotik yang sama selama 5 hari lagi. Lanjutkan mengeringkan telinga. Kunjungan ulang setelah 5 hari.
● infeksi telinga kronis: perhatikan apakah cara ibu mengeringkan telinga anaknya sudah benar. Anjurkan ibu untuk melanjutkan.
● jika tidak ada lagi nyeri telinga atau tidak keluar nanah, pujilah ibu.
- infeksi telinga akut : teruskan antibiotik oral sampai 5 hari.
- infeksi telinga kronis : lanjutkan tetes telinga sampai 14 hari.
● jika infeksi telinga berulang ( 3x dalam 6 bulan ), rujuk untuk penilaian fungsi pendengaran.

Masalah pemberian makan
Sesudah 5 hari :
Tanyakan :
- masalah pemberian makan yang ditemukan ketika kunjungan pertama.
Periksa :
- lakukan penilaian ulang cara pemberian makan.
Tindakan :
● nasihati ibu tentang masalah pemberian makan yang masih ada atau yang baru dijumpai. Jika saudara menganjurkan suatu perubahan mendasar dalam cara memberi makan, ibu diminta datang 5 hari lagi bersama anaknya untuk mendapatkan konseling gizi.
● jika anak kurus, kembali 4 minggu sesudah kunjungan pertama untuk mengetahui penambahan berat badan.

Anemia
Sesudah 4 minggu :
Tindakan:
● beri zat besi untuk 4 minggu berikutnya. Nasihati ibu untuk kembali 4 minggu kemudian.
● jika anak masih agak pucat sesudah 8 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut.
● jika sesudah 8 minggu, telapak tangan tidak pucat , tak ada pengobatan tambahan.


Anak kurus
Sesudah 14 hari:
Periksa :
- berdasarkan bb hari ini, tentukan letak bb menurut pb/tb.
- lakukan penilaian ulang tentang cara pemberian makan.
Tindakan :
● jika berat badan menurut panjang/tinggi badan sudah berada > - 2 sd pujilah ibu dan bangkitkan semangatnya untuk melanjutkan pemberian makan
● jika berat badan menurut panjang/tinggi badan masih berada antara - 3 sd dan - 2 sd:
- nasihati ibu untuk setiap masalah pemberian makan yang dijumpai.
- anjurkan anak kembali setiap bulan sampai makannya membaik dan berat badan menurut tinggi/panjang badan > - 2 sd.

Perhatian :
Jika saudara tidak yakin akan ada perbaikan cara pemberian makan,
Atau berat badan anak terus menurun, rujuk.
(pikirkan kemungkinan tbc atau hiv)








BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit batuk atau sukar bernapas, pneumonia, diare, demam, malaria, demam berdarah dengue, masalah telinga, status gizi, anemia dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita serta menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan pelayanan terhadap bayi muda sakit yang dikembangkan oleh WHO. Dengan MTBS dapat ditangani secara lengkap kondisi kesehatan bayi muda pada tingkat pelayanan kesehatan dasar, yang memfokuskan secara integrative aspek kuratif, preventif dan promotif termasuk pemberian nasihat kepada ibu sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesehatan anak. Program MTBS ini di kembangkan untuk mencegah tingkat kematian bayi muda yang berumur kurang dari 2 bulan.

SARAN
Setelah membacamakalah ini dan mengetahui berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada balita dan mengetahui cara penilaian kesehatan berdasarkan form MTBS ini disarankan kepada petugas kesehatan untuk dapat mengaplikasikannya dalam melakukan penilaian kesehatan terhadap balita. Selain itu disarankan kepada mahasiswa keperawatan agar dapat membuat makalah yang lebih sempurna dari makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008 . http://www.scribd.com/doc/16592261/Buku-Bagan-MTBSRevisi-2008 (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika
Mansjoer, Arif M, dkk . 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
Supartini, Yeni. 2004. Buku Ajar Konsep Keperawatan Anak Cetakan 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna. L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/disentri (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Campak (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://id.wikipedia.org/wiki/Demam_berdarah (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/ (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/08/08/otitis-media-akut-infeksi-telinga-pada-anak/ (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://www.inna-ppni.or.id/index.php?name=News&file=article&sid=146 (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=08378&rubrik=sehat (diakses pada tanggal 19 maret 2010)
http://www.kesimpulan.com/2009/05/anak-dengan-diare-akut.html (diakses pada tanggal 19 maret 2010)

0 Response to "manajemen balita sakit"

Posting Komentar